Peribahasa - Peribahasa Terpopuler di Indonesia

Peribahasa - Peribahasa Terpopuler di Indonesia     -    Hai pembaca setia BungAlda, kali ini BungAlda akan membagikan tulisan tentang Peribahasa - Peribahasa Terpopuler di Indonesia. Sebelumnya, apa sih peribahasa itu? Untuk kita yang pernah mengenyam pendidikan di bangku SD, mungkin salah satu materi pelajaran yang tidak kalah uniknya adalah mengenai peribahasa. Bagi yang mau penyegaran tentang peribahasa, saya kutip pengertiannya dari kamus besar Bahasa Indonesia online : "peribahasa/pe·ri·ba·ha·sa/ n 1 kelompok kata atau kalimat yg tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dl peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan); 2 ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku."

Rasa sungkan untuk mengutarakan sesuatu secara gamblang bagi masyarakat Indonesia seringkali diakali dengan penggunaan peribahasa. Berikut 10 peribahasa terpopuler yang sering digunakan menganalogikan fenomena kehidupan sehari-hari versi jajak pendapat Litbang KORAN SINDO.

1. Tong Kosong Nyaring Bunyinya.


Tong kosong nyaring bunyinya menjadi peribahasa cukup populer dan sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bak sebuah tong tanpa air, jika di pukul akan kencang suaranya. Berbeda dengan tong yang terisi air. Jika dipukul maka suaranya tidak begitu nyaring. Hal ini di umpamakan bagi seseorang yang banyak berbicara tapi ternyata miskin ilmu. Peribahasa ini bisa dijadikan sebuah sindiran kecil bagi seseorang.

2. Besar Pasak Daripada Tiang.


Besar pasak dari pada tiang memiliki makna orang yang tidak mampu mengontrol keuangan. Dengan kata lain, lebih banyak pengeluaran dari pada pemasukan. Peribahasa ini memang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari terkait kondisi finansial seseorang.

3. Ada Udang di Balik Batu.


Seseorang yang melakukan sesuatu tapi memiliki niat terselubung bisa diartikan seperti ada udang di balik batu. Sebenarnya peribahasa ini bisa bermakna negatif. Sebab sering kali jika ada orang menolong belum tentu tulus dan ikhlas membantu, melainkan ada niat buruk di dalamnya ataupun meminta imbalan. Peribahasa ini sekaligus mengajarkan kita untuk membantu seseorang dengan ikhlas.

4. Jauh di Mata Dekat di Hati.


Ungkapan jauh dimata dekat di hati sering diucapkan oleh pasangan yang sedang menjalani Long Distance Relantionship (LDR) atau hubungan jarak jauh. Peribahasa ini bisa diartikan walau jarak dan waktu memisahkan, tapi tetap merasa dekat karena selalu ada dalam pikiran dan hati yang saling terpaut. Saking terkenalnya peribahasa ini, banyak musisi yang membuat lagu dengan memasukan peribahasa ini ke dalam lirik. Misalnya musisi sekaligus pencipta lagu kondang Melly Goeslaw dengan judul lagu Jika.

5. Sepandai-pandainya Tupai Melompat, Sekali Waktu Jatuh Juga.


Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu jatuh juga. Peribahasa ini diartikan di dunia ini tidak ada yang sempurna dan manusia tidak luput dari kesalahan. Peribahasa ini adalah sebuah ungkapan merendah bahwa manusia memang terkadang suka melakukan kesalahan. Tidak terlepas siapapun dia, status sosialnya, kaya atau miskin pastilah pernah melakukan kesalahan.

6. Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga.


Terkadang kita sering mengalami satu kesalahan kecil namun berdampak sangat luas bahkan hingga dapat merusak keseluruhan. Hal ini sama dengan peribahasa karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga. Ungkapan ini sebenarnya dapat mengajarkan kita untuk lebih hati-hati, lebih teliti, dan lebih detail dalam melihat sesuatu sehingga tidak ada satu kesalahan kecil yang akan merusak semuanya.

7. Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing.


Ungkapan Berat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing biasanya sering diungkapkan untuk teman setia, walaupun sebenarnya ungkapan ini bisa bermakna lebih luas daripada hanya untuk seorang teman. Pada dasarnya, berat sama dipikul ringan sama dijinjing dapat diartikan bahwa dalam situasi sedih atau senang, semua harus ditanggung bersama. Peribahasa ini juga bisa dikaitkan dengan Teamwork atau kerjasama tim.

8. Bagai Pungguk Merindukan Bulan.


Ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan. Hal ini sejalan dengan peribahasa Bagai Pungguk Merindukan Bulan. Yang artinya adalah mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi. Biasanya, peribahasa ini digunakan dalam kasus percintaan, misalnya seperti seseorang yang cintanya bertepuk sebelah tangan.

9. Bagaikan Burung dalam Sangkar.


Bayangkan seekor burung yang hidup dalam sangkar. Tidak bisa terbang bebas. Hanya terperangkap dalam sebuah sangkar. Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang hidupnya penuh dengan aturan, merasa terkekang dan tidak memiliki kebebasan. Peribahasa ini menjadi sebuah penggambaran bagi sebagian orang yang merasa hidupnya tidak punya kebebasan akan dirinya sendiri.

10. Berakit Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian.


Peribahasa Berakit Rakit ke Hulu, Berenang Renang ke Tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian dapat diartikan bahwa untuk mencapai suatu kesuksesan seseorang harus mau bekerja keras. Tak bisa seseorang hanya mengandalkan cara instan untuk meraih suatu kesuksesan. Butuh proses belajar dan berjuang. Orang yang biasa melalui rintangan-rintangan bisa memetik hasil yang baik pula.

Hasil Survei :
  1. Tong Kosong Nyaring Bunyinya 23%
  2. Besar Pasak Daripada Tiang 17%
  3. Ada Udang di Balik Batu 13%
  4. Jauh di Mata Dekat di Hati 7%
  5. Sepandai-pandainya Tupai Melompat,Sekali Waktu Jatuh Juga 6%
  6. Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga 6%
  7. Berat Sama Dipikul,RinganSama Dijinjing 6%
  8. Bagai Pungguk Merindukan Bulan 5%
  9. Bagaikan Burung dalam Sangkar 4%
  10. Berakit Rakit ke Hulu,Berenang-Renang ke Tepian 4% 

Peribahasa yang menduduki peringkat pertama ternyata adalah peribahasa yang mencerminkan seseorang yang 'banyak bicara' tapi 'minim prestasi'. Bisa dibilang, peribahasa ini lebih mirip 'sindiran' untuk orang-orang yang bersangkutan. Nah, di peringkat terakhir, justru duduk si peribahasa yang 'mendorong' kita semua untuk bekerja keras terlebih dahulu, dan silahkan bersenang-senang kemudian. Bukankah seharusnya peribahasa tersebut adalah yang harus duduk di peringkat pertama...??? Bukan tanpa alasan 'tong kosong nyaring bunyinya' menang di survey ini, salah satu alasan yang memungkinkan adalah frekuensi peribahasa tersebut diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di lain sisi, semakin jarang sesuatu diucapkan, sesuatu tersebut bisa-bisa tidak populer. Benarkah 'kerja keras lalu bersenang kemudian' ternyata sudah tidak melekat di hati...??? Benarkah 'banyak tingkah dan minim prestasi' lebih mencerminkan kehidupan saat ini...???

Fakta Peribahasa Pengertian menurut Kamus Bahasa Indonesia (Badudu-Zain 1994).

Kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, tamsil.  

Jenis 
- Simpulan bahasa 
- Perumpamaan 
- Pepatah 
- Bidalan  
- Perbilangan 
- Kata-kata hikmah 
- Bahasa kiasan

- Ungkapan.

Merupakan peribahasa berbentuk kelompok kata yang maknanya tidak dapat diturunkan dari makna kata-kata yang membentuknya. 

Contoh : buah tangan, panjang tangan, jantung hati, pahlawan kesiangan, harga mati, jual mahal, kabar angin, kambing hitam, meja hijau dan lain-lain.

- Bidal.

Peribahasa yang mengandung nasihat, sindiran, atau peringatan. 
Contoh : malu bertanya sesat di jalan, berkata peliharakan lidah. 

- Perumpamaan.

Peribahasa yang mengandung perbandingan. Perumpamaan biasanya didahului dengan kata bagai, bak, umpama, seperti, dan lain-lain. 
Contoh: Bagai api dengan asap. Artinya : Tidak dapat dipisahkan. 

- Pepatah.

Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua. Ia berkait rapat dengan adat istiadat, undang-undang atau peraturan masyarakat. 
Contoh: Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua artinya budi baik seseorang itu jangan dilupakan. 

- Pameo.

peribahasa yang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan semangat/menghidupkan suasana. 

- Gaya Bahasa/majas.

Gaya bahasa atau adalah pengungkapan perasaan atau pikiran dengan menggunakan pilihan kata atau kalimat tertentu. Dengan cara itu, kesan dan efek yang ditimbulkannya dapat dicapai semaksimal mungkin. 
Contoh: Majas Personifikasi: Nyiur melambai di tepi pantai. 

- Idiom.

Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru di mana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. Berikut ini adalah beberapa contoh idiom dengan artinya 
Contoh: cuci mata = cari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah.  

Khasanah Peribahasa Daerah.

Peribahasa Jawa 

“Mburu uceng kelangan dheleg” (mengejar uceng malah kehilangan dheleg) artinya ketika mencari yang kecil justru kehilangan yang lebih berharga. 

Peribahasa Aceh 

“Meunyo hana siwah di Blang darut canggang jeut ke raja”. Maknanya seorang yang belum layak jadi peminpin. Mungkin karena ilmu kurang atau pengalaman tapi karena tidak ada orang lain yang memenuhi kriteria yang ideal. 

Peribahasa Ambon 

“labu jua ada hati!” artinya sekeras-kerasnya orang Ambon, mereka masih punya nurani. 

Peribahasa Bali 

“Berag-beragan gajahe, masih ada mulukne” (Sekurus-kurusnya gajah, masih saja ada gemuknya) artinya seorang yang kaya, walaupun ia jatuh sekalipun toh masih ada kekayaannya. 

Peribahasa Batak 

“Aek godang do aek laut Dos ni roha do sibaen nasaut” artinya Air sungai air laut Kesepakatan hati membuat semua terlaksana 

Peribahasa Bugis 

“Taro ada taro gau” (Seia sekata antara kata dan perbuatan). Maknanya konsistensi perbuatan dengan apa yang telah dikatakan 

Peribahasa Madura 

“asel ta’ adhina asal” artinya meski kaya tetapi tetap bersikap sederhana 

Peribahasa Makassar 

“Ku alleangi tallanga na toalia” (Lebih baik tenggelam dari pada kembali (latar belakang kata tersebut dari seorang pelaut yang telah berangkat melaut). Maknanya ketetapan hati kepada sebuah tujuan yang mulia dengan taruhan nyawa. 

Peribahasa Minang 

“Anak nalayan mambaok cangkua, mananam ubi ditanah darek. Baban sakoyan dapek dipikua, budi saketek taraso barek “ artinya beban yang berat dapat dipikul, tetapi budi sedikit terasa berat. 

Peribahasa Sunda 

“Abong biwir teu diwengku, abong letah teu tulangan” artinya berbicara seenaknya saja; berkata tidak mempertimbangkan baik-buruknya.

Demikian artikel tentang Peribahasa - Peribahasa Terpopuler di Indonesia, semoga bermanfaat dan berguna bagi pembaca setia BungAlda.

0 komentar:

Posting Komentar